Abstraksi

 

Rindina, Irmananda K.A. 2011.Pentingnya Pendidikan Kristen Dalam Mengantisipasi Pengaruh Negatif Internet Bagi Remaja. Skripsi. Prodi Teologi Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Lawang.

 

Kata Kunci: Pendidikan Kristen, Pengaruh Internet,Remaja

Perkembangan zaman ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin modern. Perkembangan tersebut menghasilkan sebuah teknologi yang dikenal dengan nama internet. Internet merupakan media komunikasi yang menghubungkan komputer dengan komputer lainnya. Seiring perkembangannya, internet telah dilengkapi dengan server/ proxy yang memungkinkan komputer dalam jumlah yang banyak dapat terkoneksi melalui internet. Kemajuan teknologi ini membawa dua dampak, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya ialah manusia mendapatkan kemudahan di dalam mengakses informasi, terhubung dengan orang lain dengan cepat melalui jejaring sosial, dapat melakukan transaksi secara cepat dan efisien secara on-line, dan banyak lagi dampak positif lainnya.

Dampak negatif dari internet ialah memberikan dampak kecanduan terhadap internet, internet berisikan materi pornografi, internet menjadi sarana penipuan dalam penjualan on-line, internet juga menjadi tempat mengekspose kekerasan. Pengaruh seperti ini menyerang di berbagai kalangan masyarakat, khususnya remaja. Remaja dalam perkembangannya memang sangat mudah terpengaruh oleh dampak negatif internet, seperti: situs-situs yang mengekspose kekerasan, pornografi, transaksi on-line, dan juga game, serta jejaring sosial. Remaja yang telah terkena dampak negatif internet tersebut akan terikat/ kecanduan, sehingga sulit melepaskan diri dari kecanduan tersebut.

Dengan kondisi seperti ini, orang Kristen tidak dapat tinggal diam saja. Orang Kristen harus memberikan pengaruhnya kepada remaja-remaja. Orang Kristen dapat memberikan pengaruhnya pada remaja dengan menanamkan nilai-nilai kristiani di dalam remaja. Penanaman nilai tersebut terjadi dalam lingkungan keluarga yang adalah tempat remaja pertama mendapatkan pendidikan, kemudian di sekola di mana remaja menghabiskan setengah waktunya di sana, dan yang terakhir adalah di gereja. Dalam ketiga lingkungan ini, nilai-nilai Kristen harus ditanamkan dengan tujuan membentuk pribadi remaja yang tangguh dalam menghadapi tantangan dunia, termasuk dari internet.

Dengan penanaman nilai kepada remaja, sejak dini di keluarga, sekolah dan gereja, remaja akan memiliki life-style  yang kristiani sejak dini pula. Dengan memiliki life-style yang kristiani, remaja dapat menangkis tantangan yang timbul dari mana saja, termasuk dari internet. Remaja yang telah hidup dalam life-style kristiani bukan hanya dapat lepas dari jerat negatif internet, tetapi mereka juga dapat menggarami lingkungan mereka yang telah busuk oleh pengaruh negatif internet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai kristiani memiliki peranan yang sangat penting di dalam membentuk pribadi remaja, supaya dapat lepas dari cengkeraman negatif internet. Oleh karena itu setiap pihak yang terlibat, baik orang tua, guru dan pembimbing di gereja harus menanamkan nilai-nilai kristiani bagi remaja, sejak dini.

download

Abstraksi

 

Zamasi,Efendi. 2012. Pemahaman Tentang Sumpah Berdasarkan Injil Matius 5:33-37 Dan Relevansinya Dalam Kehidupan Orang Percaya. Skripsi. Prodi Teologi Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Lawang.

 

Kata Kunci: Sumpah dan Relevansinya Dalam Kehidupan Orang Percaya, Matius 5:33-37

 

Umumnya manusia suka mempertanyakan hal-hal yangsamar-samar, diantaranya berkaitan dengan sumpah. Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul bolehkah orang percaya bersumpah? mengapa orang percaya harus bersumpah? dan apakah sumpah itu penting dalam hidup orang percaya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering membingungkan banyak orang. Ada kelompok yang berpendapat bahwa orang Kristen boleh bersumpah ada juga yang berpendapat bahwa orang Kristen tidak boleh bersumpah (misalnya aliran Quaker). Terlepas dari itu semua orang percaya yang sependapat bahwa sumpah tidak dilarang, ini juga menjadi bumerang dimana penggunaan sumpah yang tidak sesuai pada tempatnya. Adakalanya setiap perkataan dipandang lebih terpercaya jika mengambil sumpah. Begitu juga sebaliknya ada orang yang merasa tidak percaya pada pernyataan yang disampaikan oleh seseorang jika tidak diyakinkan dengan sumpah, bahkan tidak sedikit orang bersumpah untuk menutupi kebohongan.

Sumpah dalam Alkitab begitu banyak dibahas, dan sumpah itu dilakukan dengan khidmat dan sifatnya sakral. Dilakukan dengan khidmat artinya tidak sembarangan, dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh sebab, pada saat bersumpah memanggil Allah sebagai saksi dari apa yang dikatakan. Melalui konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumpah suatu perhatian khusus yang penting untuk dibahas dan diajarkan. Tujuannya  supaya orang Kristen memiliki konsep yang benar berkaitan dengan penggunaan sumpah. Pada zaman Yesus banyak penyimpangan-penyimpangan terhadap pengambilan sumpah, bahkan penyimpangan-penyimpangan tersebut terus berlangsung sampai saat ini. Sumpah sudah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu  yang sakral, orang begitu mudahnya untuk bersumpah palsu dan sembarangan, hal itu bisa terjadi mungkin tidak memiliki pemahaman yang benar terhadap sumpah ataupun karena faktor kebiasaan dan itu menjadi tradisi.

Dalam Matius 5:33-37, Yesus hendak meluruskan penafsiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkaitan dengan pengambilan sumpah. Sebab pada zaman itu ada banyak penyalahgunaan terhadap sumpah. Hipotesis skripsi ini adalah bahwa Yesus tidak bermaksud untuk melarang orang Kristen bersumpah, tetapi Yesus jelas menentang dan melarang sumpah palsu atau bersumpah sembarangan. Sumpah palsu adalah sumpah yang tidak ditepati, sumpah sembarangan adalah sumpah yang diambil dalam hal-hal yang kurang penting, yang sia-sia, yang bersifat menipu dan lain sebagainya. Tindakan seperti ini tidak dibenarkan oleh Yesus. Tuhan Yesus menekankan kejujuran dan integritas dalam kehidupan seorang murid. Seorang murid yang sejati harus menjunjung tinggi kebenaran, serta menghidupi kebenaran. Kebenaran itu bukan berdasarkan standar manusia melainkan berdasarkan standar Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata hendaklah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di Sorga adalah sempurna (Matius 5:48). Jadi melalui skripsi ini, penulis berharap semoga bisa menjawab pergumulan kita orang percaya khususnya dalam hal bersumpah.

download

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abstraksi

 

Wisda,Liu, 2012. Yesus Kristus Sebagai Pengantara Yang Sempurna: Studi Imamat Kristus Menurut Imamat Melkisedek Berdasarkan Eksposisi Ibrani 7. Skripsi. Prodi Teologi Sekolah Tinggi Theologi Aletheia Lawang.

 

Kata Kunci: Yesus Kristus Sebagai Pengantara Yang Sempurna, Imamat Melkisedek, Eksposisi Ibrani 7

 

Karya keselamatan Yesus Kristus sebagai Pengantara yang sempurna antara manusia dan Allah dinubuatkan sebagai Mesias yang merupakan jabatan yang ditetapkan Allah sebagai Raja, Imam dan Nabi. Untuk jabatan raja dan nabi, Yesus mendapat bukti yang kuat melalui silsilah-Nya sebagai keturunan Daud dan status-Nya sebagai Firman itu sendiri. Namun untuk jabatan imam, Yesus yang bukan berasal dari suku Lewi, bahkan keturunan Harun, tentu tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi Imam Besar. Untuk itu, penulis Ibrani memberikan landasan teologis kokoh yang menjadikan Yesus sebagai Pengantara Sempurna dengan memahami imamat Kristus menurut imamat Melkisedek.

Bab II dalam Skripsi ini memberikan pemahaman pengantar mengenai konsep imamat secara umum dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Pemahaman konsep imamat ini memberikan gambaran secara umum fungsi dan perkembangan konsep imamat dari Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru. Imam besar yang dipilih dari keturunan Harun dalam suku Lewi memiliki tugas untuk menjadi pengantara hubungan manusia dan Allah. Imam Besar  dalam Perjanjian Lama mewakili manusia mempersembahkan korban sebagai bentuk permohonan manusia di hadapan Allah.

Bab III dalam skripsi ini membahas pemahaman imamat Kristus menurut imamat Melkisedek. Argumentasi yang dilakukan oleh penulis Ibrani untuk menegaskan superioritas imamat Yesus Kristus sebagai Pengantara sempurna bagi hubungan manusia dan Allah yang  didasarkan pada keunggulan imamat Kristus dibandingkan dengan imamat Lewi (Ibrani 7:4-25). Imamat Melkisedek lebih unggul daripada imamat Lewi dikarenakan: pertama, imamat Lewi tidak sempurna (7:11-12). Kedua, imamat Melkisedek tidak ditetapkan berdasarkan keturunan atau diturunkan dan ini menjadi dasar bagi imamat Yesus (ayat 11-12) yang menjadi imam sekalipun bukan berasal dari keturunan Lewi (7:13-14). Ketiga, imamat Melkisedek adalah imamat yang kekal karena ditetapkan oleh Allah sendiri sebagai mana nyata dalam Mazmur 110:4 (7:15-17). Imamat Melkisedek hanyalah sebagai tipologi bagi imamat Kristus yang sempurna dan kesempurnaan imamat Kristus tersebut karena: pertama, ditetapkan oleh Allah sendiri melalui sumpah dalam Mazmur 110:4 (Ibr 7:20-22). Kedua, imamat Kristus kekal melalui Yesus yang hidup selama-lamanya (Ibr 7:23-25). Ketiga, imamat Kristus sempurna didasarkan pada fakta bahwa Yesus adalah Imam Besar yang sempurna dan sekaligus juga Korban yang sempurna (Ibr 7:26-27).

Bab IV berisi tentang imamat Kristus yang sempurna memiliki beberapa implikasi teologis yang penting dalam dunia kekristenan. Ibrani 7 memberikan jaminan pelayanan Yesus yang sempurna  sebagai Pengantara manusia dan Allah, baik sebagai Imam Besar Agung maupun sebagai Korban yang sempurna. Selain itu, imamat Yesus menjadi landasan bagi Yesus sebagai Pengantara yang sempurna ditinjau dari ketiga jabatan, yaitu imam, nabi dan raja.

Ada tiga relevansi pastoral di balik pemahaman imamat Kristus menurut imamat Melkisedek, yaitu pertama, imamat Kristus memberikan penguatan kepada orang Kristen untuk tetap teguh dan dewasa dalam Kristus. Kedua, Yesus sebagai Imam Besar kita telah bertindak sebagai Pendoa syafaat kita di hadapan Allah. Ketiga, Imamat Kristus memberikan peneguhan bahwa kita memiliki jaminan keselamatan. Dengan demikian pemahaman ini sangat penting bagi kehidupan orang percaya.

download