Lukas 10 yang kita baca, Tuhan Yesus berbicara tentang kondisi identitas bangsa Israel sebagai umat Allah yang seharusnya mencerminkan panggilannya tetapi bangsa Israel telah gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai umat Allah karena dalam hakekatnya bangsa Israel hanya menjalankan perintah Tuhan secara fisik dan tidak sepenuh hati. Dalam hal ini yang dijadikan contoh adalah seorang imam dan seorang Lewi yang secara rohani menjadi panutan bagi orang Israel lainnya, tetapi dalam cerita dalam nats yang kita baca justru mereka tidak mencerminkan itu.
Dalam budaya timur kita kenal seorang tokoh bernama Mencius yang memberikan standard perbedaan antara manusia dan binatang:
- Hati yang tidak tega
- Hati yang selalu terharu
- Hati yang mempunyai rasa malu
- Hati yang suka mengalah kepada orang yang lebih tua
- Hati yang dapat membedakan antara kebaikan dan kejahatan
Imam dan orang Lewi seharusnya mempunyai standard yang lebih tinggi dibandingkan Mencius, karena mereka adalah umat pilihan Allah yang hidup bergaul dan mendapat perintah langsung dalam 10 hukum Allah.
Seorang imam dan seorang Lewi seharusnya menjadi tumpuan harapan bagi orang yang membutuhkan pertolongan tetapi mereka telah gagal menunjukkan identitas diri sebagai umat pilihan Allah justru orang Samaria yang memperlihatkan identitas tersebut. Oleh karena itu Yesus memberikan perumpamaan tersebut untuk mengingatkan bahwa identitas kita sebgai umat allah harus diperlihatkan bukan hanya sebatas fisik tetapi juga secara penuh ikhlas bahkan untuk menolong orang yang tidak kita kenal sekali pun.
Liturgis : Ev. Agus putra kusuma
Pengkhotbah : Pdt. Yekti Wibowo
Nats : Lukas 10:25-37