Lukas 10 yang kita baca,  Tuhan Yesus berbicara tentang kondisi identitas bangsa Israel sebagai umat Allah yang seharusnya mencerminkan panggilannya tetapi bangsa Israel telah gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai umat Allah karena dalam hakekatnya bangsa Israel  hanya menjalankan perintah Tuhan secara fisik dan  tidak sepenuh hati. Dalam hal ini yang dijadikan  contoh adalah seorang imam dan seorang  Lewi yang secara rohani menjadi panutan bagi orang Israel lainnya, tetapi dalam cerita dalam nats yang kita baca justru mereka tidak mencerminkan itu.

Dalam budaya timur kita kenal seorang tokoh bernama Mencius yang memberikan standard  perbedaan antara manusia dan binatang:

  • Hati yang tidak tega
  • Hati yang selalu terharu
  • Hati yang mempunyai rasa malu
  • Hati yang suka mengalah kepada orang yang lebih tua
  • Hati yang dapat membedakan antara kebaikan dan kejahatan

Imam dan orang Lewi seharusnya mempunyai standard yang lebih tinggi dibandingkan Mencius, karena mereka adalah umat pilihan Allah yang hidup bergaul dan mendapat perintah langsung dalam 10 hukum Allah.

Seorang imam dan seorang Lewi seharusnya menjadi tumpuan harapan bagi orang yang membutuhkan pertolongan tetapi mereka telah gagal menunjukkan identitas diri sebagai umat pilihan Allah  justru orang Samaria yang memperlihatkan identitas tersebut. Oleh karena itu Yesus memberikan perumpamaan tersebut untuk mengingatkan bahwa identitas kita sebgai umat allah harus diperlihatkan bukan hanya sebatas fisik tetapi juga secara penuh ikhlas  bahkan untuk menolong orang yang tidak kita kenal sekali pun.

 

Liturgis           : Ev. Agus putra kusuma

Pengkhotbah  : Pdt. Yekti Wibowo

Nats                : Lukas 10:25-37

Pada tanggal 23 April 2013 kelas Filsafat Ilmu untuk program Magister Theologi dengan dosen Pdt. Amos Winarto Ph.D telah berakhir. Peserta kelas ini antara lain: Yuliria Zendrato, Faoziduhu Lahagu,Adi Sriono,Lucky Widiapranawa,Suhartoyo,Lukas Suwandi,Yekti Wibowo dan Anggiat Maruba P. Selamat dan sukses, Tuhan memberkati.

Dalam nats yang kita baca fungsi garam dan terang adalah untuk memelihara dan mengubah dari tidak enak menjadi enak dan dari gelap menjadi terang. Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk menjadi garam dan terang dunia yang berfungsi untuk membuat perbedaan dengan “dunia” atau orang di luar Kristen.

  • Kita berbeda dengan “dunia”

Di dalam dunia ini selalu ada perbedaan contohnya ada Kristen ada yang bukan Kristen, ada hidup baru juga ada hidup lama, dan ada hidup dalam daging juga ada hidup dalam Roh. Perbedaan itu menyiratkan bahwa Kristen adalah suatu identitas diri kita, menjadi garam dan terang dunia adalah jati diri kita sebagai orang yang percaya kepada Kristus. Karena kita Kristen (pengikut Kristus), maka kita harus berani tampil beda; bukan dalam kejahatan melainkan dalam perbuatan yang baik bagi sekitar kita.

  • Kita garam dan terang dunia

Sebagai garam dan terang dunia, level posisi kita berada lebih tinggi dari dunia. Melalui kesadaran ini kita dituntut untuk menjadi teladan bagi dunia dalam perbuatan dan sikap kita. Dalam teladan hidup  yang baik kita dapat menarik orang untuk menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan kita.

Resiko menjadi garam dan terang dunia adalah kita akan disorot dan dinilai orang lain. Segala tindakan kita menjadi tolok ukur bagi orang yang ada di sekeliling kita apakah kita orang Kristen yang baik atau orang Kristen yang berperilaku sama jahatnya dengan orang bukan Kristen.

Semoga kita dapat menjadi orang Kristen yang berani tampil beda dengan orang bukan Kristen dan menjadi garam dan terang dunia yang sadar akan fungsi dan peranannya dalam dunia.

 

Ibadah Selasa pagi 16 April 2013

Liturgis: Sdr. Ferry Ong

Pengkhotbah: Pdt. Iskandar Santoso,M.Th.

Nats: Matius 5: 13-16; Efesus 4:31-32

 

Pada Tanggal 11April 2013 bertempat di STT Aletheia Lawang diadakan acara PERMASTI. Selain acara pertandingan olahraga juga ada acara games yang menarik yang diikuti oleh 10 STT se wilayah Malang. Dalam kesempatan itu juga diadakan ceramah oleh Pdt. Amos Winarto, Ph.D. yang mengambil tema " Ketika Kasih dan Etika Saling Berpelukan". Semoga melalui acara PERMASTI ini diharapkan agar dapat mempererat hubungan antar Sekolah Tinggi Teologi Di Malang.

 

Tugas seorang hamba sering dikonotasikan sebagai budak yang diremehkan orang lain,tetapi juga sangat penting karena meringankan beban pekerjaan tuannya.

Hamba Tuhan terbentuk dari 2 kata: Hamba dan Tuhan

Sebagai Hamba ----pribadi yang dapat berinteraksi langsung dengan manusia lain dan sebagai wakil dari Tuhan

Tuhan-----pribadi yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat berinteraksi langsung dengan manusia lain sehingga cenderung dianggap tidak ada.

Melalui dua pengertian tersebut pemahaman tentang hamba menjadikan kita harusnya berani untuk menyatakan kebenaran dan kehendak Tuhan sebagai tuan kita .

Menurut Galatia 1: 6-10 Hamba Tuhan yang benar adalah:

  • Mencari apa yang disukai Allah/ Tuannya.
  • Berusaha berkenan kepada Allah dan mencari pujian dari Tuannya untuk pekerjaan yang telah dilakukannya.

Sebagai contoh dari Raul Paulus tentang hamba yang benar:

  1. Berani menegur orang Galatia sebagai jemaat yang bodoh (pasal 3:1)
  2. Berani mengambil sikap berseberangan dengan hamba Tuhan lain yang hidupnya bertentangan dengan kehendak Tuhan dan bertentangan dengan semangat pemberitaaan Injil. Paulus walaupun menghormati Petrus dan Barnabas sebagai senior dalam pelayanan tetapi tidak merasa sungkan menegur kedua rasul tersebut yang hidupnya berlawanan dengan semangat Injil.
  •  Mengikuti keinginan dan kehendak Tuhan Yesus Kristus

Dalam Kisah Para Rasul 21:10-14 seorang hamba Tuhan yang benar hidupnya tidak dikendalikan oleh keinginan hatinya sendiri bahkan oleh orang lain tetapi oleh kehendak Tuhan. Paulus dengan berani menderita bagi Tuhan meskipun dimusuhi  orang lain.

Resiko hamba Tuhan yang tidak memilih pilihan yang populer dan menyenangkan orang lain dibanding menyenangkan Tuhan adalah merupakan panggilan hamba untuk memikul salibNya.

Mampukah  kita?

 

Tanggal          : 9 April 2013

Liturgis          : Anita Cariolina

Pengkhotbah  : Pdt. Markus Dominggus Lere dawa

Nats: Galatia 1: 6-10; Kisah Para Rasul 21: 10-14

Kematian dan penyaliban Tuhan Yesus membuat murid-muridNya tercerai berai dan kehilangan harapan. Murid-muridNya masih tetap ketakutan meskipun mereka sudah mendengar kabar tentang kebangkitan Tuhan Yesus.

1.      Yesus menguatkan murid-muridnya (ayat 19-20)

 

Sebelum kebangkitan Tuhan Yesus

Sesudah kebangkitan Tuhan Yesus

 

Murid-muridNya takut kepada orang Yahudi Yesus memberikan damai sejahtera
Murid-murid bersekutu di ruang tertutup dan terkunci Murid-murid bersukacita ketika bertemu Tuhan Yesus dan hidup murid-muridNya dipulihkan dari takut menjadi sejahtera dan berani memberitakan Injil

 

2.      Tomas tidak bersama murid yang lain ketika Tuhan Yesus menampakkan diri dan tidak percaya akan kebangkitan Yesus (ayaat 25)

Saat menghadapi krisis iman,Tomas memisahkan diri dari persekutuan dengan murid-murid yang lain sehingga ketika Tuhan Yesus menampakkan diri, Tomas tidak ikut mengalami sukacita kebangkitan Tuhan Yesus  bersama murid-murid yang lain.

3.      Yesus menampakkan diri kepada Tomas (ayat 27-28)

Tuhan Yesus dengan penuh kasih mempersilahkan Tomas untuk mencucukkan tangannya ke bekas paku di tangan Yesus dan ke lambung Yesus. Tuhan Yesus tetap mengasihi Tomas yang meragukan kebangkitanNya. Melalui peristiwa itu, keyakinan akan kuasa kebangkitan Yesus telah mengubah hidup Tomas dari seorang yang ragu-ragu menjadi murid yang berani memberitakan Injil.

Bagaimana  dengan kita?

 

 

Ibadah Chapel Selasa Pagi 2 April 2013

Liturgis         : Exwanda Serly

Pengkhotbah: Pdt. Kornelius A. Ardianto

Nats                : Yohanes 20:19-29

Pada tanggal 28 Maret 2013 STT Aletheia mengadakan Ibadah Perjamuan Kudus Kamis Putih yang bertempat di Aula Sola Gracia. Pada kesempatan tersebut ibadah dipimpin oleh Bpk. Ev. Gumulya Djuharto,Th.M. dan pembawa firman serta pemimpin perjamuan kudus adalah Bpk. Pdt. Kornelius A. Setiawan,D.Th. yang mengambil tema "Jalan Penderitaan". Ibadah diikuti oleh seluruh dosen, mahasiswa dan staf  STT Aletheia Lawang. Melalui ibadah ini diharapkan supaya semua yang hadir dapat mengikuti teladan Tuhan Yesus yang mau merendahkan diri dan berkorban bagi orang yang dilayaniNya.

Liturgis      : Ev. Gumulya Djuharto Th.M.

Pembicara: Pdt. Kornelius A. Setiawan,D.Th.

Nats           : Filipi 2:5-8

Uraian        :

Status hamba adalah status yang paling rendah dan paling dihindari oleh setiap manusia. Seorang hamba adalah seorang yang paling hina diantara manusia. Akan tetapi Tuhan Yesus mau menjadi seorang hamba (Filipi 2:5-8).

Sebagai seorang hamba Tuhan kita harus meneladani sikap Yesus yang mau merendahkan diri menjadi seorang hamba.

  • Yesus mau menjadi manusia (ayat.6-7)

Yesus dalam naturnya sebagai Allah rela dan mau menjadi seorang manusia yang artinya Yesus mau merendahkan diri menjadi  seorang hamba.

  • Yesus mau menjadi pelayan (ayat 6-7)

Yesus mau melayani siapa pun bahkan terhadap orang yang akan mengkhianatinya (Markus 10:45). Ketika membasuh kaki murid-muridnya dia memberi contoh bahwa pelayanan tidak boleh memandang muka,Tuhan Yesus melayani orang-orang yang dikasihi Allah bukan yang hanya mengasihiNya.

  • Yesus mau berkorban untuk orang yang dilayaninya (Filipi 2:6-8;Yohanes  18:4-6)

Terkadang pelayanan menjadi menjemukan karena kita hanya sekedar menjalankan tugas dan terpaksa untuk menjalaninya bukan dari kerelaan hati kita. Yesus telah memberi contoh dalam pelayanannya di bumi ini, bahkan Yesus mau berkorban untuk orang yang dilayaninya. Oleh karena itu marilah kita sebagai muridnya meneladani apa yang telah Yesus lakukan dalam melayani.

Satu pertanyaan mengapa Yesus mampu bertahan menghadapi segala penderitaan dan tantangan dalam pelayanannya adalah karena Yesus selalu mengikuti kehendak Allah dan bukan menuruti kehendak pribadinya. (Matius 26:39)

Dan pada akhirnya Allah meninggikan dan mengaruniakan kepada Yesus Nama di atas segala nama.

Pada hari Jumat 22 maret 2013 salah satu kegiatan mahasiswa STT Aletheia Lawang yaitu Gema Aletheia  kedatangan tamu khusus dari Malang yaitu Ev. Sony Julianto dan Bapak Eric yang membicarakan tentang publikasi dan pembuatan web untuk majalah Gema STT Aletheia Lawang. Bapak Eric juga menawarkan kerjasama dalam pembuatan dan rancangan media online untuk mahasiswa terutama yang tergabung dalam Gema Aletheia. Dalam acara itu seluruh aktivis gema hadir termasuk bapak pembimbing yaitu Ev. Gumulya Djuharto, Th. M. Semoga pertemuan ini menjadikan Majalah Gema semakin dikenal dan membawa berkat bagi seluruh mahasiswa.

Ibadah Selasa Pagi 26 Maret 2013

Liturgis             : Ev.Agus Putra Kusuma

Pengkhotbah: Pdt. Amos Winarto, Ph.D.

Nats Alkitab  : Filipi 2:5-8

Uraian               :

 

Arti  kata meneladani dalam Filipi 2:5-8 tidak berarti harus meniru tetapi lebih tepat artinya menaati Kristus

Kata rendah hati dalam nats yang kita bahas mempunyai 2 natur:

  • Yesus Dalam Keilahiannya ( Ayat 6)

Kata “sebagai” Allah (circumstantil participle) dalam Filipi 2: 5-8 mempunyai 2 arti yaitu:

1.    Meskipun

Contoh:

Sebagai penggemar klub sepakbola Queen Park Ranger, saya yakin mereka dapat mengalahkan klub Manscester United.

Kata sebagai dapat diartikan sebagai meskipun----meskipun QPR di jurang degradasi tapi saya yakin dapat mengalahkan MU.

2.   Karena

Contoh:

Sebagai pendukung MU, saya yakin mereka dapat memenangkan pertandingan tersebut.

Kata sebagai dapat diartikan karena---karena MU jelas lebih baik materi pemainnya, maka saya yakin mereka dapat memenangi pertandingan tersebut.

Menurut Filipi 2:5-8, Ketika Yesus datang sebagai hamba, Dia menunjukkan bahwa Allah juga rendah hati. Jadi rendah hati adalah salah satu natur utama Allah.

  • Yesus Dalam Kemanusiaannya (Ayat 8)

Yesus dalam kemanusiaannya adalah manusia yang rendah hati bahkan taat sampai mati di kayu salib. Dapat dikatakan bahwa hamba yang rendah hati adalah hamba yang taat

Tips untuk rendah hati:

Jangan pernah ingin menjadi rendah hati karena orang yang ingin dilihat rendah hati akan menjadi orang tidak rendah hati tetapi inginlah menjadi tidak egois dan taat kepada Tuhan.

Untuk apa menjadi hamba Tuhan yang rendah hati? Agar orang lain dapat melihat Yesus melalui kerendahan hati kita.

Kesimpulan:

  • Hamba yanrg rendah hati adalah: hamba yang tidak egois,taat kepada Tuhan dan dapat membawa orang lain melihat Yesus dalam hidupnya.
  • Hamba yang rendah hati tak ingin dilihat rendah hati melainkan menjadi hamba yang tidak egois dan selalu taat kepada Tuhan
  • Untuk apa kita rendah hati? Untuk dapat membawa orang lain melihat Yesus dalam hidup kita.